Fakta Kesepakatan Gencatan Senjata Israel dan Hamas

Konotasi.co.id -

Konotasi– Joe Biden, presiden Amerika Serikat (AS) Mengumumkan Gencatan Senjata telah disepakati oleh Hamas dan Israel serta kesepakatan akan diadakan pertukaran tahanan, diumumkan di Grand Foyer Gedung Putih, rabu, (15/1/2025). Kesepakatan Gencatan senjata israel dan Hamas akan berlaku sejak tanggal 19 Januari 2025.

“Ini adalah sore yang sangat baik karena akhirnya, saya dapat mengumumkan gencatan senjata,” ungkap Joe Biden (15/1/2025)

Selain itu, Joe Biden dalam pengumumannya di Gedung Putih mengatakan akan adanya juga pertukaran tawanan yang telah ditahan selama 15 bulan sejak dimulainya konflik bersenjata 7 Oktober 2023 di Palestina.

“Kesepakatan soal sandera telah dicapai antara Israel dan Hamas,” tambahnya dalam pengumuman tersebut.

Dilansir dari media berita Detik.com, di waktu yang sama Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani juga ikut mengumumkan kabar ini sekaligus mengatakan bahwa gencatan senjata ini akan berlaku tanggal 19 Januari 2025.

Ia juga berharap, para mediator yang mengumumkan fencatan senjata ini bisa mengupayakan mencapai gencatan senjata permanen untuk kedua belah pihak pelaku konflik bersenjata.

“Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dan sandera, dan (para mediator) mengumumkan gencatan senjata dengan harapan mencapai gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak,” ujar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, Kamis (16/1/2025).

Oleh karena informasi Gencatan Senjata Israel dan Hamas akan segera dimulai, perlu para pembaca konotasi untuk mengetahui berbagai fakta serta informasi menarik dan penting yang Konotasi coba rangkum.

Fakta Detil Isi Perjanjian Gencatan Senjata

Dalam Gencatan Senjata yang telah disepakati Israel dan Hamas melalui mediator, tentu menghadirkan sebuah kesepakatan, dilansir dari CNBCIndonesia, kesepakatan yang hadir untuk gencatan senjata tersebut adalah:

Kesepakatan gencatan senjata ini disepakati dengan rentang waktu selama 6 pekan atau 42 hari, serta dalam waktu 6 pekan tersebut menghadirkan 3 tahap.

Akan ada pembebasan tawanan baik itu dari pihak Israel maupun itu dari pihak Hamas. Pihak Hamas Akan melepaskan 33 sandera yang diculik Hamas dari Israel ke Gaza. Sebagai gantinya Israel akan membebaskan ratusan yang dahulu juga di tahan Israel sejak konflik yang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Israel akan membebaskan 30 tawanannya untuk setiap 1 tawanan yang dibebaskan Hamas, dan 50 tawanan Israel untuk tahanan tentara perempuan. Atau kita sebut tawanan yang akan kembali sesuai berapa dengan jumlah yang dikembalikan oleh pihak Hamas ke Israel.

Penghentian penyerangan yang sangat brutal dan akan ada penarikan tentara Israel untuk menepi ke daerah di luar dari jalur Gaza.

Warga Palestina diizinkan untuk kembali ke rumahnya, walaupun itu sudah tersisa puing tidak hanya itu, bantuan untuk warga Palestina diizinkan selama gencatan senjata berlangsung.

3 Tahap dalam Gencatan Senjata Sementara

Tahap pertama dari gencatan senjata adalah pembentukan kesepakatan gencatan senjata dilakukan oleh Israel dan Hamas melalui mediator (AS, Qatar, dan juga Mesir).

Di laman resmi Tempo.co, menerangkan bahwa Fase pertama kesepakatan itu merupakan bentuk dari pembebasan 33 sandera Israel, termasuk semua wanita, anak-anak dan pria di atas 50 tahun. Dua sandera Amerika, Keith Siegel dan Sagui Dekel-Chen, termasuk juga mereka yang akan dibebaskan pada tahap pertama.

Tahap kedua dalam gencatan senjata ini bentuknya adalah sebuah negosiasi, dari berbagai media memberitakan, bahwa tahap kedua ini dimulai pada saat hari ke 16 saat setelah Gencatan Senjata dimulai.

Dalam tahap kedua ini keduanya akan melakukan lagi negosiasi mencakup tentang pembebasan sisa sandera, serta penukaran jenazah yang jadi korban penyanderaan atau konflik.

Tahap ketiga akan membahas tentang keberlanjutan pemerintahan alternatif yang nanti akan dibangun di Palestina, dan bagaimana rekonstruksi kembali wilayah Palestina yang telah hancur.

Sikap Natanyahu dan Penyerangan Israel

Meskipun kesepakatan gencatan senjata telah ada, namun kesepakatan ini baru akan berlaku di tanggal 19 Januari 2025, sebelum gencatan senjata dimulai penyerangan Israel masih tetap saja lancar memborbardir sebagian wilayah di Palestina.

Salah satunya dilansir dari CNBCIndonesia, Penyerangan yang terjadi di wilayah Gaza, Palestina(16/1/2025). Penyerangan yang dilakukan dengan tujuan membunuh para militan Hamas, informasi yang kami dapatkan sedikitnya ada 46 korban yang tewas akibat penyerangan yang terjadi tersebut padahal kesepakatan untuk gencatan senjata sudah hampir dilaksanakan.

Sebelumnya Benyamin Natanyahu, Perdana Menteri Israel dikabarkan tidak akan mau menyetujui Gencatan Senjata di Gaza, hal ini disebabkan pihak Israel telah melontarkan tuduhan bahwa Hamas melakukan krisis di akhir penghujung gencatan.

Di lain hal, pihak Hamas juga turut merespon tuduhan yang dilontarkan Israel, Zami Abu Zuhri sebagai Pimpinan Senior Hamas mengatakan bahwa tuduhan Israel itu tidak memiliki dasar untuk menganggap tindakan Hamas membatalkan perjanjian dalam gencatan senjata yang akan membebaskan para tawanan.

“Tidak ada dasar untuk klaim (Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu) tentang gerakan itu yang menarik kembali ketentuan-ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata,” kata Abu Zuhri kepada AFP.

Akibat dari penyerangan yang dilakukan Israel terhadap pengungsian Warga Palestina yang dianggap sebagai tempat Hamas itu akan mengancam keselamatan para sandera yang akan nantinya dibebaskan.

Maka dari hal itu pula gencatan senjata juga akan ikut terancam dibatalkan, serta membahayakan para sandra yang nanti akan dibebaskan.

Seperti yang kita ketahui, dilansir dari pihak kesehatan Palestina, setidaknya lebih dari 46.000 warga Palestina meninggal akibat dari berbagai serangan yang terus dilancarkan oleh Pihak Israel sejak Awal konflik bersenjata 7 Oktober 2023.

Gencatan Senjata Melancarkan Bantuan Kemanusiaan

Berbagai media berita telah mengabarkan ada 600 Truk bantuan kemanusiaan yang akan memasuki wilayah Gaza, dan beberapa wilayah di Palestina setiap harinya.

Antonio Gueterres, Sekertaris Jenderal PBB mengatakan berdasarkan yang dikutip dari Liputan6, ia meyakini bahwa dengan adanya gencatan senjata ini bisa melancarkan serta menghilangkan hambatan masuknya bantuan kemanusiaan yang nantinya akan ditujukan kepada korban dari warga sipil yang jadi korban konflik bersenjata dan dari penyerangan pihak Israel.

Tidak hanya itu di laman resmi Liputan 6, Antonio menegaskan bahwa prioritas PBB saat ini untuk meredakan penderitaan yang menjerat para warga sipil yang merupakan non Kombatan selama 15 bulan ini.

“prioritas saat ini harus untuk meredakan penderitaan luar biasa yang disebabkan oleh konflik ini.” Kata Antonio.

Mengurangi Ketegangan Regional

Berbagai pihak telah menyambut baik dan mensyukuri terjadinya kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas yang menewaskan lebih dari puluhan ribu warga Palestina yang menyengsarakan berbagai pihak di berbagai belahan Palestina selama 15 bulan konflik berlangsung.

Gencatan senjata ini pada faktanya akan mengurangi ketegangan yang terjadi, pasalnya penyerangan dan agresi yang dilakukan pihak Israel akan dihentikan dan akan memberikan ruang harapan bagi bangsa Palestina untuk rekonstruksi kembali pemukiman dan kehidupannya yang lebih layak.

Media berita ramai menginformasikan bahwa setidaknya ada 2,3 juta orang telah mengungsi akibat dari konflik bersenjata ini.

Selain dari itu, gencatan senjata ini akan menenangkan wilayah negara yang sempat ikut terlibat dari konflik bersenjata yang cukup tegang di Tepi Barat yang diduduki Israel, di Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak, serta akan meredakan kekhawatiran adanya perang besar-besaran di timur tengah.

Maka dengan adanya gencatan senjata sementara ini, membukakan jalan untuk kedua belah pihak bisa berdamai dan mencapai suatu kesepakatan untuk gencatan senjata secara permanen.

Penulis: A. M. Said

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *