Indonesia dan Malaysia Komitmen Kawal Komoditas Kelapa Sawit di Pasar Internasional

Konotasi — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia. Senin 27/1/2025.
Pertemuan kedua pemimpin negara yang serumpun ini diadakan membahas hubungan bilateral kedua negara. Salah satunya adalah perdagangan dan investasi.
Dikabarkan dari media terpercaya Kontan.co.id, fokus pembahasan kedua negara ini ada pada pembahasan tentang komitmen kedua negara ini terhadap komoditas pangan kelapa sawit di pasar internasional.
Indonesia berkunjung ke Malaysia untuk mengajak negara tersebut untuk fokus terhadap pengawalan komoditas Kelapa Sawit. Pembahasan ini dianggap penting karena kedua negara tersebut diakui sebagai negara yang menjadi penghasil kelapa sawit yang cukup besar, selain itu kelapa sawit dijadikan sebagai komoditas utama dalam kedua negara ini.
Prabowo mengatakan kalau indonesia dan malaysia menghasilkan kelapa sawit terbesar yang mencapai 80% dan menjadi produsen terbesar dunia. Ia juga mengungkapkan bahwa banyak negara yang membutuhkan kelapa sawit.
“Setiap saya ke negara-negara tertentu mereka selalu mengatakan perlu kelapa sawit. Mesir, India, Pakistan, semua. Jadi kita saya kira bisa berbuat banyak, baik, dan terima kasih sokongan dari Malaysia terus dalam hal-hal ini,” ungkap Prabowo saat di Kuala Lumpur.
Sebagai informasi tambahan, menurut laporan hasil putusan panel WTO, Indonesia sekali lagi menunjukkan taringnya dalam membuktikan diskriminasi yang dilakukan oleh Uni Eropa (UE) pada sengketa dagang di Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (Dispute Settlement Body World Trade Organization/DSB WTO).
Menteri Perdagangan, Budi Santoso mengatakan Indonesia menyambut baik putusan Panel WTO terkait dengan sengketa dagang kelapa sawit, hal ini tidak lagi membuat Uni Eropa sewenang-wenang dalam memberlakukan kebijakan yang dianggap sebagai diskriminatif.
“Kami harap, di masa depan, negara mitra dagang lainnya tidak memberlakukan kebijakan serupa yang berpotensi menghambat arus perdagangan global,” ujar Budi dalam keterangan pers dikutip Jumat (17/1).
Seperti yang diberitakan beberapa sumber, Panel WTO memberikan sebuah putusan terhadap UE yang secara umum bertindak diskriminatif dan tidak adil atau memberikan hal yang kurang menguntungkan terhadap biofuel yang berbahan baku kelapa sawit dari Indonesia, dibanding produk serupa yang berasal dari UE sendiri.
Penulis: A. M. Said