Spesial Ramadhan: Mengulik Dua Mesjid Tertua di Sinjai yang Eksis Hingga Hari Ini

Konotasi–Dua masjid tertua di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan tetap menjadi tempat favorit beribadah masyarakat.
Kedua masjid itu adalah Masjid Al Mujahidin dan Masjid Nur Balangnipa.
Masjid Al Mujahidin yang beralamat di Bulu Lohe, Desa Lamatti Riaja, Kecamatan Bulupoddo, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
Diperoleh dari berbagai sumber menyebutkan bahwa masjid tersebut bernama Masjid Al Mujahidin dibangun pada tahun 1808.
Masjid Al Mujahidin merupakan kategori masjid bersejarah. Masjid Al Mujahidin beralamat di Bulu Lohe, Desa Lamatti Riaja. Masjid ini memiliki luas bangunan 400 m2 dengan status tanah Wakaf.
Masjid Al Mujahidin memiliki jumlah jamaah 50-100 orang , jumlah muazin 1 orang.
Di tempat didirikannya masjid inilah dijadikan sebagai tempat penyebaran Islam di Sinjai dibawah bimbingan ulama Datuk Ri Tiro.
Ia adalah mubalig asal Minangkabau yang menyebarkan agama Islam di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-17 Masehi.
Dakwah yang dilakukannya berpusat di wilayah Kabupaten Bulukumba lalu mengembangkan syiar Islam ke Kabupaten Sinjai.
Setelah mendarat di Bulukumba ia juga mengajarkan Islam di Kabupaten Sinjai yang berpusat di Lamatti Riaja, Kecamatan Bulupoddo. Di tempat itulah didirikan di dirikan Masjid Al Mujahidin di Lamatti Riaja.
Kini masjid itu tidak terlalu mengalami perubahan dari arsitektur aslinya. Berbeda sejumlah masjid lainnya di Kabupaten Sinjai.
Masjid itu tetap menjadi tempat ibadah yang ramai digunakan oleh masyarakat Lamatti Riaja, Kecamatan Bulupoddo.
Tujuannya untuk memperlancar akses ekonomi warga di daerah yang berjuluk Sinjai Bersatu itu.
Selain Masjid Al Mujahidin juga ada masjid tertua lainnya di Kabupaten Sinjai yang setiap harinya selalu ramai dipadati jamaah di daerah yang berslogan Sinjai Bersatu itu.
Masjid tersebut bernama Masjid Nur Balangnipa adalah salah satu masjid tertua di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Lokasinya di Kelurahan Balangnipa, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai.
Masjid ini didirikan pada tahun 1660 oleh seorang Sayyid keturunan Arab yang telah bermukim di Pammana Pompanua, Kabupaten Wajo, yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya secara jelas.
Masjid yang kini berukuran 45×25 meter dapat menampung jamaah sebanyak 2.000 orang dan telah mengalami beberapa kali renovasi, namun tak mengubah bentuk asli dari masjid ini.
Atas sejumlah kegiatan syiar Islam yang digelar oleh pengurus membuat masjid ini selalu ramai ditempat salat berjamaah masyarakat sekitar.
Pantauan Konotasi, Syiar Islam rutin di masjid itu baik dalam bulan Suci Ramadan maupun di luar Ramadan, meski ada masjid Agung dan Masjid Islamic Center di daerah tersebut tak membuat jamaah masjid itu sepi.