Harga Minyak Dunia Turun, Ini Penyebabnya

Konotasi — Harga minyak dunia turun 2%, Hal ini ditekan karena kerugian pada saham teknologi dan wall street, serta dipicu karena berita melonjaknya minat terhadap teknologi kecerdasan buatan china, DeepSeek.
Dilaporkan berita liputan6, harga Minyak Brent turun USD 1,42 atau 1,81%, dan ditutup pada harga USD 77,08 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,49 atau 2%, dan ditutup pada USD 73,17.
Sebelumnya, harga minyak sudah lebih dulu turun, hal ini dipicu karena data ekonomi yang lemah dari Tiongkok, selain itu kekhawatiran terhadap tarif yang diusulkan Presiden AS Donald Trump dapat semakin menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Hal ini direspon oleh para analis, mereka mengatakan harga minyak telah tertekan, sepekan terakhir Donald Trump telah mengusulkan terhadap Organisasi Negara – Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menurunkan harga minyak.
Bob Yawger selaku Direktur Energi Berjangka di Mizuho mengatakan Presiden AS Trump tidak berhenti memberikan tekanan kepada OPEC, ia mengatakan kalau Trump terus meminta kepada kelompok produsen untuk menurunkan harga.
Bob Yawger juga mengatakan tujuan Trump menekan harga minyak ini untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
“Presiden Trump terus memberikan tekanan pada OPEC dengan meminta kelompok produsen itu untuk menurunkan harga guna membantu mengakhiri perang Rusia di Ukraina,” kata Bob Yawger, dikutip dari liputan6 (28/1/2025).
Sementara OPEC dengan sekutunya yang bergabung dalam OPEC+ tidak memiliki respon apapun, dan lebih merujuk pada tujuan untuk mulai pada rencana yang ada yakni lebih meningkatkan produksi minyak.
Langkah Trump menurunkan harga minyak akan berdampak pada dimulainya perang dagang, selain itu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.
Sebelumnya Presiden AS itu menyampaikan pidatonya di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Ia mengatakan untuk mengabaikan norma-norma pasar dunia.
Negara Kolombia mendapatkan juga ancaman akan memberi sanksi dan setelah itu dengan cepat membatalkan setelah Kolombia menyetujui migran yang dideportasi dari AS.
Negara itu juga telah mengirim sebanyak 41% minyaknya lewat jalur laut ke AS, hal itu juga membuat minyak akan terus mengalir, dan akan menjadi salah satu hal yang akan menekan harga minyak mentah.
Bjarne Schieldrop, Kepala Dinas Komoditas SEB mengatakan bahwa dengan begitu Trump akan menindas siapapun.
“Ada sentimen negatif yang meluas di pasar. Bahkan jika sanksi tidak terjadi, hal ini tetap menimbulkan kekhawatiran bahwa Trump akan menindas siapa pun yang perlu ditindas untuk mendapatkan keinginannya,” kata Kepala Analis Komoditas SEB tersebut.
Sementara itu di Tiongkok, data manufaktur yang lemah dari yang dunia harapkan seperti kita ketahui salah satu negara ekonomi terbesar ini juga menambah kekhawatiran terhadap permintaan energi.
Analis Citibank, melihat bahwa angka-angka yang lemah menyoroti apapun yang menjadi keperluan-keperluan terhadap kebijakan yang akan dan mampu menstabilkan pertumbuhan ekonomi.
“Angka-angka yang lemah menyoroti perlunya lebih banyak upaya kebijakan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
DeepSeek yang merupakan pesaing dari AS ChatGPT, menjadi aplikasi gratis berperingkat teratas yang tersedia di App Store Apple di AS.
Hal inilah yang memicu keraguan di kalangan investor, yang telah menggelontorkan uang ke perusahaan energi AS, dengan harapan kecerdasan buatan (AI) ini akan memacu permintaan energi untuk memberi daya pada pusat data.
Penulis: A. M. Said